Sungguh menyedihkan, masih ada masyarakat yang hidup di bawah garis kemiskinan. Padahal mereka hidup di negeri yang kaya raya, Indonesia. Dibawa ke mana kekayaan negeri ini?
Memrihatinkan
Sungguh memrihatinkan, di saat harga bahan pokok seperti minyak, beras, gula, telur, cabai dan bawang sudah meroket harganya dan sangat sulit untuk di jangkau, pemerintah justru memberikan “hadiah” kepada masyarakat berupa pembatasan subsidi BBM, kenaikan tarif dasar listrik, privatisasi BUMN, dan hadiah lainnya yang menyakitkan hati.
Tidak hanya itu, dikabarkan juga harga bahan pokok lainnya kini melonjak naik. Sebutlah semisal lombok, minyak, dan gula. Selain itu, pemerintah juga menarik pajak dari warteg-warteg dan masyarakat miskin. Wajarlah jika masih ada penduduk negeri ini yang hidup dalam keadaan memprihatinkan.
Jika kita menelusuri apa saja yang menyebabkan kemiskinan di negri ini semakin meningkat, kebanyakan dari kita akan berpendapat bahwa penyebabnya adalah pimimpin kita yang tidak amanah dalam menjalankan kewajibannya. Mereka tidak peduli keadaan rakyat yang dilanda kelaparan. Mereka lebih sibuk dengan diri mereka sendiri. Sekedar refleksi bagi kita, dikabarkan bahwa pemerintah telah menganggarkan dana APBN 2011 untuk pembangunan gedung baru DPR sebesar Rp 800 miliar.(Republika 08/01/11)
Melalui fakta di atas menunjukkan bahwa para pemimpin negeri ini lebih serius dalam memfasilitasi para pejabat daripada memperdulikan keadaan masyarakat yang hidup dalam keadaan miskin. Padahal, keadaan masyarakat miskin semakin sulit semenjak harga bahan pokok melonjak naik.
Jika para pemimpin negeri ini sama sekali tidak memperdulikan keadaan masyarakatnya dan senantiasa menyalahgunakan uang negeri ini, maka selamanya rakyat yang hidup di bawah garis kemiskinan tidak akan pernah merasakan hidup makmur. Walaupun, mereka hidup di dalam negeri yang kekayaanya melimpah ruah.
Tidak Serius
Pemerintah terkesan tidak serius mengatasi masalah ini. Buktinya, saat ini di Indonesia masih ada sekitar31 juta masyarakat yang hidup di bawah garis kemiskinan. (Republika 10/01/11). Padahal, makroeknomi Indonesia mengalami peningkatan yang sangat membanggakan pada beberapa hari terakhir. Pemerintah belum serius dalam melaksanakan amanat di bidang kesejahteraan. Pemerintah tidak menjadikan pasal 33 UUD 1945 sebagai acuan untuk mengelola sumber daya alam dalam mensejahterahkan rakyat.(Republka 11/01/11)
Akhirnya, jika saja para pemeintah mengalokasikan sebagian daripada penghasilan makroekonomi untuk disumbangkan kepada seluruh rakyat yang hidup di bawah garis kemiskinan, niscaya tidak akan ada lagi masyarakat yang mengkonsumsi tiwul sehingga menyebabkan jatuhya korban jiwa, seperti yang di alami salah satu keluarga yang tinggal di jawa tengah tepatnya di jepara. Tidak akan ada lagi masyarakat yang miskin, jika para pemimpin negeri ini benar-benar amanah dalam menjalankan amanahnya. Wallahua’lam bisshowab.
*) Penulis merupakan anggota Asosiasi Penulis Islam (API) STAIL