Sabtu, 23 Juni 2012
Kejahatan Dalam Berfikir
Manusia diberikan akal untuk berfikir, berfikir positif atau negatif itu sudah menjadi warna dalam berfikir, hanya tinggal manusia yang memilih apakah berfikir positif yang membuat ketenangan dalam berfikir atau memilih dengan cara berfikir negatif yang akan terus menusuk pola pikir hingga tersengkal - sengkal dalam berfikir, hingga selalu dihantui oleh pikiran - pikiran yang nantinya akan pasti membunuhnya hinggap mengalami syndrome ketakutan yang luar biasa, dengan atas nama ketenangan dalam berfikir. Saya mengajak kawan-kawan untuk STOP melakukan praktik Kejahatan Dalam Berfikir, Mari berfikir Positif dari sekarang, dari kita untuk semua....
Rabu, 02 Mei 2012
Makalah K3
A. PENDAHULUAN
- Kebakaran merupakan suatu kejadian yang tidak diinginkan dan manusia selalu berusaha untuk menaggulanginya .
- Ditinjau dari segi pengamanan ( Security ) kejadian kebakaran merupakan salah satu unsur gangguan keamanan ,sedangkan dari segi keselamatan ( Safety ) kejadian kebakaran merukan kerugian ( LOSS )
- Seperti halnya gangguan keamanan atau kejadian kecelakaan yang terjadinya secara tiba- tiba dan sulit diramalkan . Demikian juga kejadian kebakaranyang tidak di tanggulangi akan mendatangkan kerugian harta benda dan kecelkaan manusia . Oleh karena itu kebakaran harus di cegah dan apabila masih terjadi harus dipadamkan sedini mungkin
- Pencagahan dan penanggulangan akan berhasil bila kita telah memahami apakah sebenarnya kebakaran tersebut.
B. KIMIA
API
- SEGITIGA API DAN PIRAMIDA API
I.
DEFINISI
Api adalah reaksi kimia cepat atau
oksidasi yang di ikuti oleh pengeluran panas dan cahaya. Reaksi kimia
mengandung pengertian adanya proses yang sedang berlangsung secara “ kimiawi “
yang memerlukan adanya oksigen.
Untuk membantu memahami tentang terjadinya “ API
“ umumnya dikenal istilah “ SEGITIGA API “ yaitu pertemuan / penggabungan dari
ketiga unsure dibawah ini :
Ø Unsur
bahan bakar
Ø Unsur
Oksigen
Ø Unsur
panas
Akan tetapi dengan bertemunya ketiga
unsur tersebut baru menjadi bara ( pijar ).
Sedangkan agar pembakaran dapat
berlangsung harus ada ke 4 ( empat ) unsure penunjang yang bertemu menjadi satu
PIRAMIDA API.
Ke-4 unsur tersebut adalah :
Ø Unsur
bahan bakar
Ø Unsur
Oksigen
Ø Unsur
panas
Ø Unsur
Rantai Reaksi Kimia
II.
TIGA UNSUR PENDUKUNG “ KEBAKARAN/API”
Diatas telah kita bahas
tentang bagaimana terjadinya api , mungkin ada suatu pertanyaan apakah sebegitu
mudah api terbentuk . Dalam teori terjadinya api ada batasan- batasan atau
syarat tertentu selain tergabunggnya komponen – komponen dasar tersebut.
Seperti di jelaskan di bawah ini :
a)BAHAN
BAKAR
Harus dalam berbentuk gas atau sebagian
dalam bentuk gas. Untuk bahan bakar padat atau cair diperlukan panas
pendahuluan yang dapat menguapkan sebagian dari bahan baker tersebut.
Bahan baker di udara harus
berbanding ideal agar kebakaran dapat berlangsung. Perbandingan volume gas
dalam udara harus antara 1 % s/d 10 % . Batas ini disebut :
FLAMMBLE RANGE /“Daerah bisa terbakar/meledak “
Yaitu : Batas antara minimum dan
maksimum konsentrasi campuran uap bahan
bakar dan oksigen, dimana dapat menyala atau meledak setiap saat apabila diberi
sumber nyala yang cukup
b) PANAS
Suhu panas harus dapat mencapi
suhu titik bakar / titik nyala dari suatu gas agar pembakaran dapat terjadi.
Bila suhu tersebut tidak tercapai maka pembakaran tidak akan terjadi. Dari
uraian tersebut diatas kita mengenal istilah-istilah yang mendukung proses
pembakaran. Istilah tersebut adalah :
Suhu penyalaan / ignation temperature :
Suhu terendah pemanasan nsuatu
zat yang memungkinkan zat tersebut terbakar atau mempertahankan pembakaran
tanpa sumber panas dari luar.
Suhu penyalaan sendiri / auto ignition
temperature :
Suhu terendah dimana panas yang
diterima cukup untuk menyalakan / terbakarnya bahan itu sendiri tanpa adanya
sumber api.
Spontaneous combustion :
Suatu proses biologis atau
reaksi kimia dimana panas dari suhu ruang yang diterima digunakan untuk
mengadakan suatu “BIOLOGICAL DECOMPOSITION” atau “CHEMICAL RACTION” sehingga
terjadi penumpukan panas.
c)Udara
/ Oksigen
Komposisi udara :
Nitrogen
(N2) : 78 %
Oksigen
(O2) : 21%
Gas-gas
lain : 1%
Sebagai unsure pembakar udara harus mengandung
zat asam (Oksigen) dengan kadar 15 s/d 21 %, bila kadar zat asam didalam udara
lebih kecil dari 15 % maka, udara tidak berfungsi sebagai pendukung terjadinya
kebakaran.
III.
PENYEBARAN API (TRANSFER OF HEAT)
Ada 4 cara panas cepat menjalar, yaitu :
Radiasi (radiation) :
Benda dapat terbakar bila
diletakkan di dekat sumber panas yang menyala. Energi panas akan berpindah
melalui gas / udara secara langsung.
Konveksi (convection) :
Penyebaran api dapat terjadi dari
tingkat yang lebih rendah ke tingkat lebih tinggi sejalan dengan meningkatnya gas
panas yang diproduksi sumber api tersebut.
Konduksi (Conduction) :
Panas dari api dapat menjalar
melalui benda padat dari bahan logam yang tidak terlindung.
Kontak Langsung (Direct Contact) :
Material yang mudah terbakar
mengeluarkan asap panas yang mampu meningkatkan kebakaran, dan akan terus
terbakar apabila kontak langsung dengan nyala api yang tidak terlindung.
- Ledakan / Explotion
Adalah reaksi exothermic dan
decomposition yang sangat cepat dan besar, menyebabkan lonjakan tekanan yang
terjadi akibat pelepasan energi panas yang besar dan tiba-tiba.
Kecepatan perambatan api dimana
ledakan tersebut dibawah kecepatan suara 330 m/s.
- Klasifikasi Kebakaran
Adalah penggolongan atau pembagian
atas kebakaran berdasarkan jenis bahan bakarnya. Tujuannya agar supaya lebih
mudah lebih cepat dan tepat dalam memilih jenis pemadam yang akan digunakan
untuk memadamkan api.
Klasifikasi kebakaran yang diakui
di Indonesia
berdasarkan : PERMEN NAKERTRANS : No. PE-04/MEN/1980. Tanggal 14 April 1980.
- Kelas A : Bahan bakarnya bila terbakar meninggalkan abu dan arang.
- Kelas B : Bahan bakar cair.
- Kelas C : Kebakaran listrik.
- Kelas D : Kebakaran logam.
- Jenis Media Pemadam
a)
Jenis padat (Solid) :
Pasir, serbuk kimia kering.
b)
Jenis gas (Gas) :
Asam arang (CO2), Zat lemas (N2).
c)
Jenis cairan (Liquid) :
Air, busa.
d) Cairan
mudah menguap : BCF/Halon.
- Cara / Metode Memadamkan Api
Pemadaman api pada perinsipnya
adalah menghilangkan salah satu atau lebih dari ke-3 faktor tersebut dengan
melakukan salah satu / lebih cara-cara sebagai berikut:
i.
Cooling :
Menghilangkan factor panas dengan
mendinginkan api sampai pada titik uap api / panas tidak lagi diproduksi.
ii.
Smothering :
Menghilangkan factor panas dengan
memisahkan udara oksigen hingga mematikan pembakaran.
iii.
Starving :
Menyingkirkan bahan bakar / bahan
yang mudah terbakar sampai pada titik dimana tidak terdapat apapun yang dapat
terbakar.
iv.
Breaking chain reaction :
Mencegah reaksi nyala api dengan
menyingkirkan rangkaian reaksi kimia di daerah nyala api. Dengan demikian
proses pembakaran akan terhenti.
Deskripsi Minyak Bumi ( Crude Oil )
Minyak bumi :
Campuran
komplek Hidrokarbon plus organic senyawa dari Sulfur, Oksigen, Nitrogen dan
senyawa-senyawa yang mengandung konstituan logam terutama Nikel, Besi dan
Tembaga.
Dalam
minyak bumi parafinik ringan mengandung Hidrokarbon tidak kurang dari 97%,
sedang dalam jenis asohaltik berat paling rendah 50%.
Komposisi Kimia
Berdasarkan atas hasil analisa, diperoleh sebagai
berikut :
- Karbon 83,0 – 87%
- Hidrogen 10,0 – 14.0%
- Nitrogen 0.1 – 2.0%
- Oksigen 0.03 – 1,5%
- Sulfur 0.05 – 6.0%
Komponen
Hidrokarbon dalam minyak bumi diklasifikasikan ada tiga golongan, yaitu:
- Parafin
Paraffin
adalah senyawaan hidrokarbon jenuh dengan rantaian lurus atau rantaian cabang,
tanpa struktur cincin.
Contoh
:
CH3
( CH2 )n CH3 : paraffin
rantai lurus
- Naphthen
Naphthen
adalah senyawaan Hidrokarbon jenuh yang mempunyai satu cincin atau lebih.
Senyawa Naphthen juga disebut “
Hidrokarbon Alisiklik “
Contoh
:
-
R
Alkil siklopentana
- Aromatik
aromatik
adalah senyawaan Hidrokarbon yang mempunyai satu inti benzena atau lebih.
Contoh
:
- Komponen Non Hidrokarbon
- Senyawa Sulfur
Semakin
tinggi density crude oil semakin tinggi pula kandungan sulfur.
Keberadaan
sulfur dalam minyak bumi dapat mengakibatkan :
i.
Dalam gasoline dapat menyebapkan korosi, karena
terbentuknya asam yang dihasilkan dari oksida sulfur.
ii.
Terdapatnya merkaptan menyebabkan terjadinya korosi
terhadap logam-logam tembaga dan brass, juga mempengaruhi pada pemakaian TEL
dan stabilitas warna.
iii.
Sulfur bebas juga korosif.
iv.
Sulfida, disulfida dan thiophene menyebabkan penurunan
nilai oktana.
v.
Dalam disel fuel adanya senyawaan sulfur akan menaikan
sifat keausan logam.
vi.
Dalam pelumas akan menurunkan sifat oksidasinya dan
menaikan pembentukkan kerak padatan.
- Senyawaan Oksigen
Oksigen
dalam minyak bumi berada dalam bentuk ikatan sebagai asam Karboksilat, Keton,
Ester, Eter, Anhidrida, Senyawa Monosiklo dan Disiklo dan Penol. Namun, pada
identifikasi kandungan Oksigen dalam crude oil dilaporkan sebagai asam
Naphthenat.
Contoh
:
- Senyawa Nitrogen
Dalam
minyak bumi dapat diklasifikasikan dalam 2 klas :
i.
Klas dasar :
Terutama
berasal dari Homolog ( Turunan ) Pyridine. Cenderung terdapat pada fraksi titik
didih yang tinggi.
ii.
Klas bukan dasar :
Berupa
Pyrole, Indole dan Carbazole.
Kandungan
Nitrogen terdapat pada fraksi titik didih tinggi.
- Konstituen Metalik
Logam-logam
seperti besi, tembaga dan terutama Nikel dan Vanadium pada proses Katalitik
Kraking mempengaruhi ketalis, sebab dapat menurunkan produk Gasoline,
menghasilkan banyak gas dan pembentukan coke.
Pada
pawer generator temperature tinggi, misalnya oil-fired gas turbine, adanya
konstituen logam terutama Vanadium dapat membentuk kerak pada rotor turbine.
Abu yang dihasilkan dari pembakaran fuel yang mengandung natrium terutama Vanadium
beraksi dengan bata tahan api, menyebabkan turunnya titik lebur campuran
sehingga merusakkan refractory.
Logam –
logam tersebut disebut sebagai trace element.
- komposisi Produk-Produk Minyak Bumi
a.
Gasoline
Adalah
campuran komplek Hidrokarbon yang mempunyai titik didih dibawah 160°C atau
umumnya dibawah 200°C.
Konstituen
Gasoline terdiri dari struktur molekul C4 – C12 terdiri
dari parafin, Olefin, Naphthen dan Aromatik.
Proses
pembuatan Gasoline dapat berasal dari katalitik kraking, Thermal dan katalitik
Revorming, Hidrokraking, Alkilasi dan Polemirisasi.
Sifat-sifat dan penggunaan Gasoline
Pada
mulanya kriteria kualitas / mutu Gasoline adalah Baume ( API ) Gravity.
Misalnya 70° API Gravity Gasoline mengandung sedikit konstituen kerosene berat
dari pada 60° API Gravity Gasoline.
Kemudian
Permormace dan mutu Gasoline ditetapkan dari ketahanannya terhadap knock (
ketukan ) disebut Detonasi / Ping.
Pada
perkembangan selanjutnya mutu Gasoline ditetapkan berdasarkan atas kebutuhan
power Engine yang lebih dan bukan dari kocking.
Karakteristik
Antiknock suatu Gasoline dinyatakan dalam Term angka Oktana ( Octane number ).
Angka
Oktan dinyatakan dalam range skala 0 – 100. makin tinggi angka Oktana suatu
Gasoline menunjukan karakteristik Antiknock yang lebih bagus.
Hidrokarbon
murni bahkan Komersial Gasoline mempunyai angka Oktana diatas 100. angka Oktana
diatas 100 dapat dicapai dengan menambahkan TEL kedalam Iso Oktana Murni.
b.
Aviation
Gasoline ( AVGAS )
Trayek
titik didih 38 – 170°C. Avgas tidak mengandung gas Hidrokarbon ( Butana ). Terdiri dari beberapa jenis
komposisi.
Komposisinya
:
Parafin
dan Isoparafin : 50 – 60 %
Naphthen : 20 – 30 %
Aromatik : 10 %
Tidak
mengandung Olefin
c.
Naphtha
( Petroleum Solvent )
Terdapat
2 macam Naphtha :
1)
Alifatik Solvent
Terdiri
dari Hidrokarbon Parafinik dan Sikloparafinik, yang langsung dapat dihasilkan
dari destilasi crude.
2)
Aromatik Solvent
Terdiri
dari Hidrokarbon Aromatik, umumnya adalah Alkil Benzena yang tersubtitusi,
dihasilkan dari Petroleum sebagai Straight run material.
Kegunaan
Naphtha
a.
Solvents ( diluents ) cat
b.
Sebagai cleaning solvents
c.
Solvent untuk cut back asphalt
d.
Solvent dalam industri karet
e.
Solvent untuk proses industri ekstraksi
d.
Kerosene
Trayek
didih 205 – 260 °C ( 400 – 500 °F ), mempunyai flas poin diatas 25 °C ( 77 °F ), banyak digunakan untuk
penerangan lampu.
Komposisi
Terdiri dari senyawa Hidrokarbon jenuh, harus bebas
dari aromatik dan Hidrokarbon tak jenuh.
Dibuat langsung sebagai straight run fraksi dan bukan
dari proses kraking.
Struktur molekul mengandung C12 atau lebih
permolekulnya.
Disamping Hidrokarbon jenuh, mengandung pula
senyawa-senyawa dengan rumus molekul.
e.
Fuel
Oil
Fuel
oil diklasifikasikan atas beberapa cara, namun biasanya terbagi atas 2 tipe
utama, yaitu :
a.
Distilat fuel oil
Dihasilkan
dari proses penguapan dan kondensasi.
b.
Residual fuel oil
Mengandung
sejumlah residu dari crude oil destilasi / thermal kraking.
Fuel
Oil terbagi atas :
1)
Domestic
Fuel Oil
Digunakan
terutama untuk keperluan rumah tangga. Juga termasuk domestic fuel oil adalah
kerosene, stove oil dan furnace fuel oil.
Domestic
Fuel oil termasuk destilat fuel oil.
2)
Heavy
Fuel Oil
Merupakan
hasil blending dari residual fuel dan destilat fuel.
Digunakan
untuk berbagai industri.
3)
Diesel
Fuel Oil
Sesungguhnya
sama dengan furnace fuel oil tetapi kandungan aromatiknya lebih kecil. Sebab
aromatik menurunkan nilai cetana dari diesel fuel oil.
f.
Lubricating
Oil ( Pelumas )
Pada
awal pengilangan, lubricating oil termasuk produk ke-2 dari kerosene.
Pelumas
merupakan hasil sampingan dari pabrik parafin wax.
Didapatkan
dengan Destilasi vakum.
Komposisi
Mempunyai
titik didih diatas 400 °C.
Bahan
dasarnya dari Hidrokarbon yang mempunyai C25 – C40 per
molekulnya.
Sebagai
produk minyak bumi fraksi minyak pelumas terdiri dari ribuan jenis Hidrokarbon
yang digolongkan atas 3 golongan besar, yaitu :
a.
Hidrokarbon Parafinik
b.
Hidrokarbon Naphthenik
c.
Aromatik
Ciri-ciri Minyak Pelumas
-
Viskositas Tinggi
Dengan
ini berarti pelumas itu tetap membentuk lapisan film pada bagian yang dilumasi.
-
Indeks Vikositas Tinggi
Berarti
pelumas tidak dipengaruhi oleh adanya perubahan temperature.
-
Pour Point Rendah
Berarti
Pelumas itu tetap berfungsi dalam keadaan dingin.
-
Volatilitas Rendah
Berarti
pelumas yang hilang selama pemakaian dapat dicegah.
-
Daya Tahan Terhadap Panas dan Oksidasi Baik
Ini
berarti bahwa, pelumas itu tetap stabil, tidak mudah terurai oleh panas dan tak
teroksidasi selama pemakaian.
Langganan:
Postingan (Atom)